Rabu, 21 Desember 2011

u're my spirit..

mengingat perjuanganmu dari nol memberikan keindahan padaku bunda...
rasanya daku ingin selalu disisimu..

kasih sayangmu padaku ibunda...
tak pernah lepas meski sedetikpun

ingatku ibunda....kau selalu bangunkan raga ini tuk shalat tahajud bersamamu...
kenangku ibunda...kau meniup helai rambut ini seraya doakanku...
sayangku ibunda...tak bisa lepas dari ragaku...

ibunda,,,
meski saat ini ku jauh darimu...
doa ini tak pernah lepas untuk kesehatan dan kebahagiaanmu...

Ibunda...happy mom day....

Kamis, 08 Desember 2011

kapan???

hufft....
betapa sedihnya...
mo dijenguk masquw,harusnya minggu2 ini malah kebanyakan kegiatan...yang tanggal 11 kesolo...tgl 16 DBL dipacet,23 desember ekstra english..


kegiatan begitu ketat...yah sok2 sibuk gitu..cuman yang menyebalkan waktu gak pernah kasih kesempatan waktu luang panjang buat bisa liburan lagi bareng mas...

kemarin dijakarta saja cuma bisa 3 hari..pas gantian mo dijenguk malah kegiatan numpuk....
abis tuh malah UAS,trus KAPAN BISA KETEMU???

YA RABB.....galau.....+_+

Kamis, 17 November 2011

duniaku tidak sesempit yang kau kira

hari-hari nurma begitu membosankan kalau hanya berada dalam kampus...

travelling cuma kampus-asrama,asrama-kampus

kegiatan luar kuliah juga pasti tabrakan ma kegiatan lainnya.

buat nurma tambah runyam dengan keadaan ini.

meski banyak teman selain dalam kampus,tetap saja perasaan bagai merpati dalam
 sangkar besar,

pikiran nurma jauh menerawang dan bertanya-tanya,sedang apa orang dibalik belahan dunia sana??

apa yang mereka lakukan??apa aku bisa menemui mereka??apa aku bisa bertemu mereka...??

jawaban hatiku..

aku yakin duniaku bukan hanya disini..!melainkan disana,sana,dan ujung sana
a
ku yakin mereka menunggu kobaran apiku untuk maju...tanpa hiraukan kata2 orang lewat...

aku yakin q dapat temukan duniaQ yang  tidak hanya disini..
chaiyyo nurma!!!!

Senin, 14 November 2011

untaian peringatan lembut Sang Pengasih


Nurul Mahmudah*
Pagi Rinna!”
 Sapaan itu membangunkan Rinna dari tidurnya,Ia mengambil handphone yang bergetar seru di ranjang, kemudian mematikan alarmnya.sambil terkantuk-kantuk, ia keluar kamar. Namun rasa kantuk itu  seketika berubah menjadi teriakan nyaring saat ia melihat jarum jam di dinding ruang makan sudah menunjukkan pukul setengah delapam tepat.
Barisan teman-temannya yang berkostum olahraga menyambut Rinna di pinggir lapangan upacara. Ia melirik Handphone di pergelangan tangannya. Pukul delapan. Sambil meringis untuk kedua kalinya, ia melesat ke ruang ganti sambil berusaha menghindari tatapan guru olahraganya.
Akhirnya pelajaran hari itu berakhir. Dering bel disambut sorak gembira dari  seluruh murid, walaupun bunyinya sangat memekakkan telinga. Rinna mengemasi buku-bukunya ke dalam tas, dan bergegas keluar. Di saat itulah Vatqy, teman sekelasnya memanggilnya.
“Ada apa?” tanya Rinna tak sabar. Vatqy mengangsurkan beberapa helai dokumen ke tangan Rinna.
“Kuharap bermanfaat. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam.” Rinna mengamati sekilas lembaran kertas itu, kemudian tersenyum simpul. Ia pun segera melangkahkan kakinya keluar kelas.
 “Pagi Rinna.”
“Pagi.” Rinna mematikan alarm suara dari handphone-nya. Kali ini ia sudah memastikannya berbunyi lebih pagi.
Pukul  tujuh, ia sampai di ruang kelasnya. Di depan pintu ia disambut oleh Arini yang tersenyum ramah.
“Madingmu bagus lho. Aku suka gambarnya,” ujarArini setelah Rinna meletakkan ranselnya dan duduk. Rinna tersenyum.
“Hari ini aku sudah membawa artikel yang baru, nanti tinggal ditempel. Kamu temani aku, ya?”Pinta Rinna.
“Eh, ngomong-ngomong aku boleh melihat artikelnya tidak?” Rinna mengangguk, lalu mengulurkan beberapa lembar kertas yang dimaksud.
Beberapa saat kemudian, Arini berkata,
“Isinya bagus. Aku suka ini.” Rinna melihat judul artikel yang dipegang Arini.
‘. Ayo damaikan hatimu dengan Salat dhuha’
“Aku juga suka,” balas Rinna
“Kamu suka?” Arini menatapnya penuh arti. Rinna bingung.
“Suka. Artikelnya. Apanya sih?”
“dhuha. Kamu suka melakukannya?”
“Oh itu, belum.”Rinna tertunduk malu. Arini tersenyum.
“Nanti kita shalat Dhuha yuuk, aku akan kirim SMS supaya kamu bisa bangun pagi dan biar sebelum kesekolah kamu sudah shalat dhuha dulu.”
“Eh, aku sedang tidak sholat. Kapan-kapan saja ya.” Arini mendesah kecewa, tapi kemudian mengangguk pelan. sebenarnya, Rinna  tak suka hal pribadinya diungkit-ungkit.
Seminggu berlalu. Kertas-kertas bertebaran di meja belajar Rinna. Semua kewajibannya untuk mengganti mading akandirampungkan besok pagi. Ia memberesi sisa-sisa guntingan, lalu membuangnya ke tempat sampah. Saat itu matanya menangkap sebuah artikel yang terselip di antara tumpukan kertas mading edisi lalu. Judul yang disebut-sebur Arini tadi. Rinna merasa ada sesuatu yang belum dikerjakannya, tapi ia ingin mengabaikannya. Toh itu sunnah. Ia pun memasukkan edisi yang baru ke dalam boks plastik, siap untuk dibawa besok pagi, dan meletakkan edisi yang lama di dalam lemari, tertumpuk  bersama puluhan arsip-arsip lain yang terlupakan.
“Mbak Rinnaaa.” Rinna menoleh ke belakang. Ia sedang sibuk menyusun artikel di mading ketika dilihatnya Nifa, adik kelasnya mendekat. Gadis itu tersenyum dan mengulurkan tangannya.
“Assalamu’alaikum,Mbak. Mau nanya boleh tidak?” tanyanya polos.
“Wa’alaikumsalam. Ya bolehlah. Ada apa?”
“Begini Mbak, boleh tidak sih kalau kita sholat Dhuha karena ingin keinginan kita terkabul? Dan, Nifa dengar kalau Dhuha itu bisa membuat wajah kita bercahaya ya, Kak, lalu orang tertentu bisa membedakan wajah orang yang selalu shalat Dhuha dengan yang tidak pernah.”
Rinna tak menjawab,terdiam.
“Dan satu lagi. Boleh tidak Nifa  sholat Dhuha karena takut masuk neraka?Nifa takut kalau itu membuat Nifa shalat Dhuha bukan karena Allah.”
Dan Rinna pun merasa seperti dihempas ke jurang ketika mendengarkan pertanyaan lugu gadis kecil itu.
“Mbak, Mbak Rinna, kenapa?”
Rinna tertunduk. Satu per satu air matanya menetes. Kemudian tanpa bisa ditahan, air matanya semakin membanjir deras. Rinna berlari ke kamar mandi dan kemudian beranjak menuju  mushola saat itu juga, meninggalkan Nifa yang berdiri terpaku di depan kotak mading. Ia menumpahkan segala sesalnya di sana.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh....
Dear Nifa, adikku sayang..
Maafin Mbak yang tadi menangis dan meninggalkanmu tanpa sebab. Sebenarnya Mbak tadi hanya merasa khilaf.mbak hanya merasa ingin memberikan nasehat yang nyatanya mbak sendiri tidak melaksanakannya
Untuk pertanyaan Anti tadi, jawaban yang mbak tau  adalah tidak apa-apa. Malah, Mbak bangga kalau Nifa rela melakukan sholat Dhuha Itu artinya Nifa telah berusaha semaksimal mungkin, dan Mbak harap, setelah keinginan Nifa tercapai, ibadah tersebut tetap berlangsung. Doakan Mbak  ya  Nifa, mulai  malam ini Insya Allah Mbak ingin meluruskan pemahaman Mbak. Mbak ingin lebih giat berikhtiar. Mbak doakan, semoga cita-cita Nifa terkabul. Amin.
Wassalamu’alaikum warahmatullah Wabarokatuh....
Pity u..from Rinna
Rinna menekan tombol enter, dan surat elektronik itu pun terkirim. Ia bangkit dari kursinya, dan meraih Handphone  yang tergeletak di ranjang. Ia memperbarui alarmnya sehingga akan berbunyi jam tiga pagi. Malam itu, waktu masih menunjukkan pukul delapan. Bukan jam yang biasa baginya untuk beristirahat, namun detik itu ia telah memutuskan untuk melakukan sesuatu yang luar biasa nanti malam. Ia pun meletakkan ponselnya, dan beranjak ke kamar mandi. Setelah berwudhu dan sholat Isya’, ia merebahkan tubuhnya ke kasur, menarik selimutnya hingga ke dada, dan memejamkan mata. Dalam hati, ia berdoa kepada Tuhannya agar dibangunkan oleh malaikat esok dini hari sambil mematikan lampu kamarnya.

*Mahasantri jurusan Al-Akhwal Syahsiyah-E semester 1



akhirnya....

ini blog baru nurma..
dikarenakan blog lama lupa sandinya..hehehehe
dan sekarang aku kan memulai mengeluarkan kreativitasku..
semangad.........

mencoba jadikan kenyataan

"janganlah menunggu menjadi ahli untuk menulis,tapi menulislah hingga kau biasa jadi ahli"

kata-kata dari seorang penulis sekaligus kakak tingkat kuliah ku, 'RADINAL MUKHTAR'
membuatku  lebih termotivasi untuk sering menulis.


Awalnya,aku merasa tak bisa merangkai kata sempurna agar bisa dimengerti orang.
keterbatasanku mengadopsi kata ilmiah membuatku miskin akan kosakata indah dan jelas untuk dijadikan tolak ukur pada suatu karya tulis.Setiap langkah menuju hal-hal yang berkaitan dengan menulis.rasanya tangan ini ingin ikut menari bersama tangan-tangan cermat para penulis yang telah diakui masyarakat.
namun apa daya,ketidak percayaanku dalam menulis menjadi penghambat terbesarku untuk mengurungkan niat menulis.
setelah kajian tadi
rasanya jiwa terus mengobarkan semangatku untuk terus membiarkan tangan ini menari bebas diatas kertas putih.dan menjadikan sesuatu mimpiku untuk bisa menulis menjadi kenyataan...